Minggu, 25 Januari 2009

Sigmund freud

Pengaruh Freud


Kalau mendengar teori-teori Freud dari simpulannya saja, orang akan gampang menyalahkan dan menolak. Mana mungkin manusia sejahat itu? Pemikiran Freud memang kontroversial, di kalangan ilmuwan lebih-lebih agamawan. Manusia, katanya, digerakkan oleh insting-insting seksual yang tidak disadari. Ia juga mengatakan bahwa Tuhan adalah proyeksi mental dari sosok ayah yang ditakuti sekaligus dikagumi. Anda boleh tidak menyetujui pendapatnya. Tetapi Tafsir Mimpi menyediakan bukti-bukti yang melimpah. Bacalah bukunya secara utuh, dan rasakan dorongan perlawanan yang sia-sia dalam diri anda.

Ide-ide tokoh pendiri psikoanalisis ini berpengaruh besar terhadap cara kita memahami manusia. Ia membukakan pintu menuju ruang ketidaksadaran. Pengaruhnya bukan hanya dalam bidang psikologi dan psikiatri, tetapi juga dalam filsafat, seni, agama, dan ilmu sosial pada umumnya. Hingga kini, sinar Freud belum menampakkan gejala meredup. Psikoanalisis sebagai teknik psikoterapi mungkin sudah banyak mendapatkan saingan metode-metode baru yang lebih canggih. Tetapi pengaruh psikoanalisis masih luas bahkan telah membuka bidang-bidang baru. Hermeneutika, yang banyak diadopsi para pemikir Muslim liberal dalam penafsiran Alquran, banyak menerima sumbangan Freud. Boleh dikatakan, tidak ada tokoh psikologi yang pengaruhnya lintas batas keilmuan seperti Freud.

Faktor yang membuat pemikiran Sigmund Freud begitu berpengaruh bukan hanya karena bukti yang dia sodorkan terasa kebenarannya dalam pengalaman kita; sebagian pembaca mungkin akan menolaknya meskipun telah membaca utuh. Yang lebih penting adalah bukti-bukti itu diperoleh berkat ketekunan kerja berpuluh tahun, lewat praktik dan penelitian dengan dedikasi yang “tak perlu dibantu”. Ribuan kasus diperiksa, ribuan mimpi dianalisis, dan Freud bisa memberikan penjelasan yang kesemuanya mengafirmasi teori-teorinya.

Sigmund Freud mempunyai ketertarikan tinggi terhadap banyak bidang. Sekolah formalnya kedokteran, tetapi ia juga memelajari psikologi, membaca sastra, filsafat, sejarah, dll. Mengawali praktiknya sebagai psikiater, ia tertarik menangani histeria, penyakit yang belum ada obatnya waktu itu, dan mengembangkan metode pengobatan baru yang disebutnya psikoanalisis. Tiga per empat usianya (atau sekitar 60 dari 83 tahun) ia dedikasikan untuk psikoanalisis. Tentu bukan kuantitas ini yang melambungkan namanya, melainkan penemuannya yang relatif orisinal dalam kajian tentang manusia, dan juga kontroversial. Keseluruhan hidupnya menunjukkan suatu etos keilmuan yang luar biasa, yang hanya terdapat pada orang yang sungguh-sungguh mencintai pengetahuan.

Menandingi Freud

Barangkali hanya ada dua cara untuk terbebas dari cengkraman Freud: tidak membacanya sama sekali atau melakukan kerja yang setara dengannya. Memilih yang pertama berarti membiarkan diri jadi bodoh karena menyia-nyiakan banyak hikmah yang berharga. Dan pula, mustahil bagi kita sekarang untuk tidak membaca Freud. Sedangkan pilihan kedua tidak mungkin dilakukan tanpa membaca Freud, atau kita akan terasing dari tradisi psikologi.

Oleh karena itu, bagaimanapun Freud tetap harus dipelajari, dan etos keilmuan yang mendasari teori-teorinya diserap dan ditiru. J.B. Watson dan B.F. Skinner berhasil mengembangkan behaviorisme sebagai mazhab tandingan psikoanalisis bukan tidak membaca Freud, tetapi karena dia melakukan kerja keilmuan yang setara dengan Freud. Abraham Maslow dan Carl Rogers berhasil lolos dari cengkraman Freud dan melahirkan mazhab humanistik, juga karena mereka melakukan kerja keilmuan dengan etos yang tak kalah dibanding Freud.

Jika di Barat gairah untuk melawan Freud telah menghasilkan dua tandingan kuat, bahkan tiga dengan mazhab transpersonal, di dunia Muslim hal ini tampak sebagai satu arus dari gelombang Islamisasi pengetahuan. Hasilnya memang masih dalam proses. Di Indonesia, sarjana-sarjana Muslim yang menyerap semangat Islamisasi pengetahuan ini mulai mengembangkan konsep-konsep Islam tentang psikologi. Mereka juga mendukung didirikannya Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (Fosimamupsi) pada 1992, yang kemudian bermetamorfosis menjadi Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi Indonesia (Imamupsi) pada 2001. Organisasi ini salah satu tujuannya adalah mengembangkan pemikiran dan aplikasi psikologi yang berwawasan Islami.

Inspirasi utama Islamisasi dalam psikologi datang dari Malik B. Badri, seorang profesor Psikologi dari Sudan, lewat bukunya The Dilemma of Muslim Psychologists (1979). Badri melontarkan kritik tajam terhadap psikologi Barat, khususnya psikoanalisis dan behaviorisme, juga terhadap para psikolog Muslim yang dengan sukarela masuk ke “lubang biawak” itu. Psikoanalisis disebutnya tidak ilmiah dan behaviorisme sebagai ilmu jiwa yang tidak memelajari jiwa. Meski secara umum kritik Badri tepat seperti halnya kritik para psikolog Barat penentang psikoanalisis dan behaviorisme, gaya bahasa buku itu cenderung emosional.

Jadi, jika para psikolog Muslim dan kawan-kawan Imamupsi ingin mengembangkan mazhab psikologi baru yang terbebas dari “lubang biawak” psikologi Barat, caranya sederhana: lakukan kerja keilmuan yang setara dengan mereka, kalau bisa lebih. Inilah suatu etos yang menggerakkan Imam Bukhari berkeliling melintasi banyak negeri untuk memeroleh hadis; energi yang membuat Ibnu Sina sanggup menulis 40 halaman dalam sehari. Bukankah etos keilmuan ini juga yang pernah mengawal zaman keemasan peradaban Islam?

Lalu tulis buku-buku secara serius disertai hasil penelitian yang memadai, sehingga ketika orang-orang seperti saya membaca karya-karya psikologi mazhab baru ini, entah namanya psikologi Islam atau psikologi Islami, tanpa sadar kepala saya terangguk-angguk dan mulut saya bergumam membenarkan: iya ya, benar juga. Kita tahu, dari Freud, bahwa sesuatu yang dilakukan tanpa sadar adalah cerminan dari gerak hati yang sesungguhnya.

Tanpa etos ini, juga kreativitas untuk melihat ruang-ruang baru, sampai kapan pun para psikolog dan ilmuwan Muslim tak akan bisa lepas dari bayang-bayang Barat, apalagi sampai membentuk mazhab tersendiri. Dan pola pemikiran yang telah terlanjur merasuki otak orang-orang semacam saya akibat membaca karya-karya besar Sigmund Freud, biarpun baru sedikit, akan sulit dipulihkan oleh buku-buku yang berasal dari kerja setengah-setengah, apalagi yang bersemangat emosional.

Tidak adakah pendidikan agama Islam yang saya peroleh sejak kecil berperan dalam membentengi diri saya dari pengaruh yang datang kemudian? Tentu saja ada, dan kata Freud juga demikian. Tetapi itu berarti dalam diri saya terdapat dua pengaruh yang berlawanan. Di satu sisi, saya meyakini Islam yang mengajarkan manusia mempunyai fitrah berketuhanan, di sisi lain, saya juga banyak dirasuki ajaran Freud yang bercorak ateistis. Bagaimana mendamaikan dua pikiran yang bersitegang ini tanpa menjadikan jiwa saya terbelah?

Bagi saya sendiri, jalan terbaik adalah dengan membaca buku lain yang menyajikan pemikiran berbeda, tetapi dengan bobot yang setara atau lebih dibanding Tafsir Mimpi. Sayangnya, kualitas semacam ini belum saya dapati pada buku karangan psikolog Muslim. #

Abraham maslow dalam psikologi humanistik

Abraham Maslow dan Aliran Humanistik


Sebagai suatu gerakan formal, psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh, baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkup pengaruhnya. Psikologi humanistik lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke-20 Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap dan satu sisi. Para tokohnya merasa bahwa psikologi, terutama psikologi behavioristik menjadi ”mendehumanisasi” yakni meskipun menunjukkan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk memberikan sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia dan kondisi eksistensialnya. Dalam kenyataannya, psikologi behavioristik itu telah merampok esensi manusia.

Pada tahun 1958, Abraham H. Maslow memberikan nama ”kekuatan ketiga” kepada psikologi humanistik. Maslow disebut sebagai pendiri psikologi humanistik, meskipun ia sendiri mengatakan bahwa psikologi humanistik adalah ”hasil karya banyak orang” dan ”tidak ada nama besar seseorang yang bisa digunakan untuk mengkarakterisasinya”.

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934. Di sana pulalah ia bertemu J.B Watson dan tertarik pada behaviorisme. Pada waktu itu, ia menjadi salah satu pengikut setia J.B Watson. Pandangannya terhadap behaviorisme menjadi berubah semenjak kelahiran anak pertamanya. Ia merasa kecewa karena behaviorisme tidak mampu menjelaskan “misteri” lahirnya seorang anak ke dunia. Maslow kembali ke New York dan menjadi professor psikologi di Brooklyn College.Karya Maslow bukanlah penolakan secara mentah-mentah terhadap karya Freud, Watson maupun behavioris lainnya. Karyanya lebih merupakan suatu usaha menelaah segi-segi yang bermanfaat yang dapat diterapkan bagi kemanusiaan pada kedua psikologis tersebut,lantas dari sanalah ia bertolak. Ia keberatan terhadap teori Freud yang menitikberatkan pada penyelidikan tentang orang-orang neurosis dan psikosis, juga kepada anggapan bahwa semua bentuk tingkah laku luhur adalah hasil belajar, bukan sesuatu yang kodrati pada manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki karakteristik yang unik yang memiliki kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik. Personaliti yang dibincangkan oleh Maslow lebih kepada keperluan individu. Maslow sering mengaitkan perkembangan personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari keperluan yang diperolehi oleh setiap individu. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).

Pendekatan humanistik berfokus pada manusia yang sehat, kreatif, dan mampu mengaktualisasikan dirinya. Apa yang baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk/abnormal adalah segala hal yang menggagalkan, menghambat, atau menolak kemanusiaan sebagai hakekat alami. Humanisme memandang kepribadian sebagai suatu kesatuan (holisme) yang utuh, bukan sebagai sesuatu yang terpisahkan. Jiwa dan tubuh bukan suatu komponen/bagian yang terpisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan-apa yang terjadi pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.

Psikologi humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan yang mekanistik, reduksionistik, atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia. Psikologi humanistik juga menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Psikologi humanistik menghimpun para ahli psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap psikologi yang mekanomorfik dan yang menyetujui penamaan humanistik berdasarkan pemilihan konsep tentang manusia sebagai makhluk yang kreatif yang dikendalikan bukan oleh kekuatan dari luar maupun oleh kekuatan tak sadar, melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.



semoga bermanfaat ya temen-temen semua,,

selalu semangat dan bersemangat........

M.AMIRUDIN

Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta(STiPsi)



kesadaran

PENDAHULUAN


pentingnya sebuah renungan dalam hidup kita,karena banyaknya hal dan problema dalam kehhidupan ini.kita juga pernah mendengar bahkan mungkin ada diantara kita yang melihat orang-orang yang mengakhiri sebuah problem dengan mengakhiri hidupnya,tragis sekali kejadian seperti itu.
memang kehidupan adalah perjalanan panjang yang sangat singkat dan sementara,namun apakah kita paham dengan pelbagai kondisi,masalah dan kesuksesan???.ini adalah menjadi tantangan bagi diri kita semua.mari kita sadari apa yang akan kita perbuat untuk masa yang akan datang,sudah siapkah kita dengan keadaan yang berikutnya?,dan sudah mampukah kita melaksanakan semuanya.
pentingnya rasa kesadaran akan membuat kita merasa kita akan terus berusaha dan doa,karena ini adalah perjuangan dari awal kehidupan didunia yang penuh dengan cobaan.



PEMAHAM DIRI


sebuah jalan dimana akan anda lalui dan berjalan dimana kita tanpa jalan?
mungkin apakah itu yang dilihat dari sisi kehidupan?
apakah mungkin diri ini mampu melawan arus perubahan yang hebat yang menerpa setiap detiknya?

disilah kita diajarkan bagaimana konsep pemahaman kita dalam kehidupan,bagaimana awal perjalanan kita.sesungguhnya kita sangat tidak mengetahui apa-apa tentang diri kita,apalagi orang lain.kita hanya manusia,manusia yang selalu lupa dengan dirinya,hidupnya dan sekitarnya,karena manusia adalah sangat terbatas.itulah kita yang diciptakan TUHAN kita dari seorang ibu dan bapak.TUHAN -LAH yang maha segalanya,kita tidak tahu bagaimana hari ini,besok dan masa depan kita,tetapi kita lah yang mengkonsep hati kita dengan kesadaran yang akan kita peroleh dari jalannya kehhidupan kita.

bayangkan saja bila kita terjatuh dan merasa sakit,apabila kita mengkonsep hati kita dengan rasa sakit yang berlebihan maka itu juga yang akan kita rasakan.


(lanjutan

kesadaran

PENDAHULUAN
pentingnya sebuah renungan dalam hidup kita,karena banyaknya hal dan problema